Thursday, May 2, 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2]

Thursday, May 2, 2013
#FlashFictionBersambung with Bernard Batubara

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 1]

Tak lama aku beranjak meninggalkan kafe itu dengan sejuta pertanyaan di kepalaku tentang siapa sebenarnya perempuan itu. Mengapa bayangannya begitu lekat di memoriku. sedang dia tak sedikitpun mengenaliku.

Sepanjang perjalanan pulang kerap kali  kendaraanku diklakson kendaraan lain yang merasa perjalanannya terganggu. Karena aku mengambil jalannya, atau lama menjalankan mobil saat lampu merah sudah berubah hijau.

Aku menghempaskan tubuhku mesra kespringbed kamarku. Pikiranku dihantui dengan pertanyaan yang masih serupa. Siapa perempuan yang hadir dalam mimpiku. Mengapa aku melihatnya langsung di kafe tadi. Siapa dia?

Kemudian tanpa sadar, aku terlelap.

Pun paginya saat aku tersadar, sosok yang refleks aku cari adalah wajah perempuan yang kujumpai di kafe kemarin. Dia tak kunjung datang dalam mimpiku semalam. Padahal jelas aku menunggunya. Hanya sekedar ingin bertanya; “Apa kamu mengenalku?”

Hari terasa sangat lambat, kepalaku semakin  kacau. Sepulangnya dari kampus, aku memacu laju kendaraan dengan cepat, tak seperti biasanya. Pun ketika dari kejauhan kulihat lampu lalulintas masih hijau. Aku berniat melaju, tapi keburu berganti merah. Aku berhenti.  Dan tersentak, kaget. Kulihat sosok perempuan itu sedang menyebrangi  jalan raya. Wajahnya tetap cantik walaupun tanpa senyum. Ya, kali ini aku memang tak berniat menghampirinya. Melihatnya dari jauh dan dalam waktu sekejap saja sudah membuatku lega. Pikiranku tak sekacau sebelumnya.

Malam kian berganti, aku lelah sekali dengan aktifitas hari ini. Kuhempas tubuhku dikasur. Kupejamkan mata. Tak lama kuingat wajah perempuan itu, aku terbuai dalam alam bawah sadar. Dia seakan berbisik; “Kalau semesta saja belum mampu terlelap, lelapkan saja dirimu dengan mengingat aku. Aku juga pasti mengingatmu, dengan candu.” Dia berkata dengan manis, kepadaku. Kali ini dengan senyumnya yang jelas membuat wajahnya semakin cantik. Belum sempat aku membalas kata-katanya, dia sudah pergi meninggalkan aku yang masih tersipu sendiri. Ya, rasanya enggan sekali kuahiri pertemuan dengan perempuan itu.

Aku sadar, aku menemuinya dalam mimpi (lagi). Aku tersenyum sendiri saat terbangun. Tapi kali ini, aku merasa seperti ada aliran positif mengalir setiap aku mengingat senyumnya. Dan, aku tentu masih hafal perkataan perempuan itu, dalam mimpiku tadi malam. “Kalau semesta saja belum mampu terlelap, lelapkan saja dirimu dengan mengingat aku. Aku juga pasti mengingatmu, dengan candu.” Dia secara tak langsung memintaku mengingatnya.

Sepenggal kalimatnya yang demikian pula yang sampai malam ini, menjadi pengantar tidurku. Hingga pada suatu malam yang dalam mimpiku, aku tak menemukan perempuan itu ada disana. Yang aku ingat hanya, aku berada di ruang yang kosong dengan lampu kuning remang-remang. Tak ada lawan bicara, sunyi. Yang aku ingat hanya, aku duduk sendiri di pojok ruangan sambil bergumam pada tembok dengan cat putih lusuh, membayangkan senyum perempuan itu, "Tak bisakah kita meminta untuk dipertemukan dalam -dunia yang kita sebut saja- mimpi. Atau sekedar menguatkan memori masa kemarin?". Memori masa kemarin?



fisaaprillio. May 2th, 2013. 10:43 pm.

No comments:

Post a Comment

Design by saturday love sunday