#FlashFictionBersambung with Bernard Batubara
Perempuan Dalam Mimpi [Episode 1]
Tak lama aku beranjak meninggalkan kafe itu dengan sejuta
pertanyaan di kepalaku tentang siapa sebenarnya perempuan itu. Mengapa
bayangannya begitu lekat di memoriku. sedang dia tak sedikitpun mengenaliku.
Sepanjang perjalanan pulang kerap kali kendaraanku diklakson kendaraan lain yang
merasa perjalanannya terganggu. Karena aku mengambil jalannya, atau lama
menjalankan mobil saat lampu merah sudah berubah hijau.
Aku menghempaskan tubuhku mesra kespringbed kamarku.
Pikiranku dihantui dengan pertanyaan yang masih serupa. Siapa perempuan yang
hadir dalam mimpiku. Mengapa aku melihatnya langsung di kafe tadi. Siapa dia?
Kemudian tanpa sadar, aku terlelap.
Pun paginya saat aku tersadar, sosok yang refleks aku cari
adalah wajah perempuan yang kujumpai di kafe kemarin. Dia tak kunjung datang
dalam mimpiku semalam. Padahal jelas aku menunggunya. Hanya sekedar ingin
bertanya; “Apa kamu mengenalku?”
Hari terasa sangat lambat, kepalaku semakin kacau. Sepulangnya dari kampus, aku memacu
laju kendaraan dengan cepat, tak seperti biasanya. Pun ketika dari kejauhan
kulihat lampu lalulintas masih hijau. Aku berniat melaju, tapi keburu berganti
merah. Aku berhenti. Dan tersentak,
kaget. Kulihat sosok perempuan itu sedang menyebrangi jalan raya. Wajahnya tetap cantik walaupun
tanpa senyum. Ya, kali ini aku memang tak berniat menghampirinya. Melihatnya
dari jauh dan dalam waktu sekejap saja sudah membuatku lega. Pikiranku tak
sekacau sebelumnya.
Malam kian berganti, aku lelah sekali dengan aktifitas hari
ini. Kuhempas tubuhku dikasur. Kupejamkan mata. Tak lama kuingat wajah
perempuan itu, aku terbuai dalam alam bawah sadar. Dia seakan berbisik; “Kalau
semesta saja belum mampu terlelap, lelapkan saja dirimu dengan mengingat aku.
Aku juga pasti mengingatmu, dengan candu.” Dia berkata dengan manis, kepadaku.
Kali ini dengan senyumnya yang jelas membuat wajahnya semakin cantik. Belum
sempat aku membalas kata-katanya, dia sudah pergi meninggalkan aku yang masih
tersipu sendiri. Ya, rasanya enggan sekali kuahiri pertemuan dengan perempuan
itu.
Aku sadar, aku menemuinya dalam mimpi (lagi). Aku tersenyum
sendiri saat terbangun. Tapi kali ini, aku merasa seperti ada aliran positif
mengalir setiap aku mengingat senyumnya. Dan, aku tentu masih hafal perkataan
perempuan itu, dalam mimpiku tadi malam. “Kalau semesta saja belum mampu
terlelap, lelapkan saja dirimu dengan mengingat aku. Aku juga pasti
mengingatmu, dengan candu.” Dia secara tak langsung memintaku mengingatnya.
Sepenggal kalimatnya yang demikian pula yang sampai malam ini, menjadi pengantar tidurku. Hingga pada suatu malam yang dalam mimpiku, aku tak menemukan perempuan itu ada disana. Yang aku ingat hanya, aku berada di ruang yang kosong dengan lampu kuning remang-remang. Tak ada lawan bicara, sunyi. Yang aku ingat hanya, aku duduk sendiri di pojok ruangan sambil bergumam pada tembok dengan cat putih lusuh, membayangkan senyum perempuan itu, "Tak bisakah kita meminta untuk dipertemukan dalam -dunia yang kita sebut saja- mimpi. Atau sekedar menguatkan memori masa kemarin?". Memori masa kemarin?
fisaaprillio. May 2th, 2013. 10:43 pm.
No comments:
Post a Comment