Saturday, October 17, 2020

My Pregnancy Journey; Doa Tak Pernah Datang Terlambat

Saturday, October 17, 2020
Hi Assalamualaikum! Masih ingat pengalaman miscarriage tahun lalu? Ternyata Allah benar-benar Maha Baik ya. Persis 3,5 bulan setelah itu Saya dititipkan lagi amanah besar ini. Alhamdulillah, Allahuakbar. 



Beberapa teman sempat bertanya promil yang Saya jalani. Padahal Saya hanya promil alami yang Saya buat sendiri tanpa pergi dan konsultasi dokter loh. Ini dia yang Saya jalani..
* Membaca Surat Maryam ayat 1-11 setiap setelah selesai solat fardhu, baca dengan ikhlas dan tulus. Setelah Surat Maryam, Saya lanjut membaca Al-Ikhlas, Al-Insyirah, dan Ayat Kursi. (Anjuran dokter @bawonosuryo)
* Konsumsi jus 3 diva; wortel, tomat, dan apel hijau tanpa gula. Kalau mau manis, kasih madu saja. Cara membuatnya sangat mudah, setelah dicuci bersih, buah dipotong-potong, blender dan saring. Bisa juga menggunakan juicer. Kalau selera Saya, langsung diminum tanpa tambahan apa-apa, pure rasa buahnya. Saya mengkonsumsi dalam keadaan perut kosong ya, misal pagi saat bangun tidur sebelum sarapan. Atau malam, sebelum tidur.
* Konsumsi infused water/air nano jahe dan kayu manis. Caranya? Masukkan kurang lebih 600ml air ke dalam botol. Tambahkan irisan jahe dan kayu manis beberapa potong atau sampai 1/3 bagian botol, simpan dalam lemari es. Bisa diminum setelah 6 jam, maksimal 12 jam. Setelah 12 jam, tidak usah direfill ya, langsung buang saja. Saya membuat air nano malam hari sebelum tidur untuk dikonsumsi keesokan paginya, saat perut kosong. Bisa diminum bersama pasangan ya. (Anjuran ust. dokter @zaidulakbar). Bisa dicoba juga ya resep promil JSR ala Ust. Zaidul Akbar lainnya di instagram menggunakan hastag #promiljsr.


Pesan Saya untuk semua yang sedang berjuang, semangat ya! Ikhtiar sambil berpasrah, yakin Allah kasih rezeki di waktu terbaik menurutNya.

Oke lanjut.. Bagaimana tentang perjalanan kehamilan kedua ini? Rasanya Mashallah, banyak sekali kemudahan yang Allah kasih, salah satunya adalah menjalani trimester pertama dengan sukacita, tanpa mual muntah dan keluhan lainnya. Walaupun ada keluhan tapi masih bisa ditolerir lah dan gak sampai ganggu aktivitas sehari-hari. Alhamdulillah banget yakan, apalagi posisi Saya ikut suami merantau, dan tinggal di rumah mertua yang cukup jauh dari Kota.

Setiap bulan Saya rutin kontrol kehamilan di Pekanbaru, butuh waktu 3-4 jam untuk sampai Kota Pekanbaru. Sekalian mengunjungi rumah yang sering kami tinggal. Selama ini, rumah kami di Pekanbaru di tempati oleh ponakan jauh Abang yang sedang melanjutkan kuliah di salah satu Universitas negeri di Riau. Alhamdulillah ya, rumah nggak ditinggal kosong gitu.


Oktober 2019, Saya sampai beberapa kali testpack hanya untuk make sure. Alhamdulillah, 3 kali test di waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama. Kami pun tidak langsung pergi ke dokter. Menunggu beberapa waktu dan juga tidak langsung memberitahukan kabar ini ke keluarga. Semua karna kami pernah punya pengalaman pahit dimasa lalu, jadi lebih keep silent dulu.

November 2019. Jadwal rutin bulanan Saya untuk kontrol ke dokter. Ini pertama kalinya, Saya memeriksakan kehamilan, sudah 7w6d usia janinnya. Ohya, ada dokter favorite Saya dan suami di Eka Hospital, dokter yang menjadi tempat kami mencari second opinian sewaktu Saya keguguran tahun lalu. Namanya dr. Fery Lee, Sp.OG, M.OG, seorang Chinese yang sangat ramah. Penjelasannya pun detail sehingga tidak membuat kami dihantui banyak pertanyaan. Perkembangan janin saat itu sesuai usia kehamilan, dan yang lebih mengharukan adalah.. Kami bisa mendengar suara detak jantungnya, MashaAllah.. Saya rasa ini adalah bagian paling haru yang dialami setiap pasangan pada kehamilan pertama istrinya. Hehe, iya gak sih? Atau malah setiap kali hamil?


Bulan demi bulan berlalu. Dengan kegiatan baru Saya sebagai ketua PKK Desa, suami pun benar-benar membatasi aktivitas saya diluar rumah. Masih dibatasi saja sih, tidak dilarang ini itu. Ya, balik lagi semua karna pengalaman. Pengalaman kami sebelumnya kalau Saya pernah keguguran. Walaupun Saya agak risih dengan semua itu dan Saya bilang suami terlalu berlebihan, tapi gapapa ya tanda sayang.. *ngakak dulu

Maret 2020. Waktunya kami bertemu Dokter Ferry. Waktu itu, screening trimester 2 usia kehamilan 25w. Dokter memeriksa semua dari ujung kepala sampai ujung kaki janin, fisik maupun organ-organ dalam alhamdulillah semua dalam kondisi yang baik. Sampai akhirnya dokter balik lagi memeriksa jantung. Sejauh penilaian Saya, Dokter Ferry temasuk dokter yang kritis, informatif dan detail dalam memeriksa kondisi janin. And He said; "Bu, saya lihat ukuran jantungnya besar ya. Ukuran normal 1/3 dari rongga jantung, kalau saya lihat ini besar. Tapi saya tidak bisa melihat lebih jauh, saya rujuk ke dokter spesialis anak konsultan jantung anak ya besok." Dokter menjelaskan dengan tenangnya, banyak pertanyaan yang muncul tapi tidak kuasa Saya sampaikan karna masih shocked, tapi suami selalu menenangkan dengan penuh keyakinan kalau anak kita baik-baik saja. Hari itu Jumat, seharusnya besok dokter yang kami tuju tidak ada jadwal praktek karna hari Sabtu. Tapi berhubung sudah dibuatkan janji oleh dr. Ferry, kami tetap akan bertemu dokter itu keesokan harinya. Kami pulang dengan perasaan tidak tenang.

dr. Shirley Leonita Anggriawan, Sp.A (K) namanya, satu-satunya dokter spesialis anak, konsultan jantung anak di Pekanbaru. Dokter Cantik berdarah Cina yang sama asiknya diajak diskusi, baik, ramah tapi tegas. Saya di elektrokardiogram (EKG) terlebih dahulu, adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung, sebelum dipanggil masuk ke ruang praktek. Setelah itu kami masuk ruangan tanpa antri karna memang tidak ada praktek Hari Sabtu. Dimulai dengan fetal echocardiography (usg jantung janin), persis seperti USG biasa, hanya yang dituju langsung ke jantung janinnya saja. Semua dicek dari serambi, bilik, katup, aliran darah dan lainnya detail sekali sampai saya merasa balik ke SMP belajar IPA bagian organ dalam tubuh. Dokter bilang; "Ukuran jantung masih normal bu, tidak besar. Ada pembuluh darah yang belum bisa saya lihat karna posisi janin ya. So far semuanya, Saya lihat tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Ibu happy aja, jalanin kehamilan dengan enjoy. Kalau mau lebih yakin, nanti echo lagi setelah bayi lahir ya." Mendengar penjelasan dokter, kami lega, tenang dan Saya benar-benar positive thingking menjalani kehamilan dibulan-bulan berikutnya, menepis semua yang sempat meresahkan kami, Alhamdulillah ya Allah. :'

Mulai memasuki masa genting-gentingnya Covid-19 di Indonesia. Diberlakukan karantina wilayah, PSBB dan lainnya, membuat kami menghindari bepergian ke Pekanbaru. Kami memutuskan untuk kontrol kehamilan di dokter kandungan di Bengkalis dan Dumai, bergantian karna jarak tempuhnya cukup dekat dari kampung suami. Atas rekomendasi dari teman dan sepupu sepupu suami, kami pun mengunjungi dokter di Bengkalis dan Dumai. Alhamdulillah, tidak ada yang mengkhawatirkan, kondisi janin pun baik baik saja.

Sampai pada Juni 2020, waktunya kami pergi ke Pekanbaru untuk persiapan melahirkan. Memang sudah direncanakan sebelumnya, Saya lahiran di Pekanbaru dengan alasan lebih nyaman dirumah sendiri, suami pun sudah mengajak salah seorang saudara untuk dibawa ke Pekanbaru untuk menemani Saya setelah melahirkan nanti. Sehari sebelumnya, saya meminta Bidan Desa, Bidan May namanya untuk memeriksa kehamilan Saya. Saat diukur tekanan darah, ternyata tensi Saya walaupun dibatas normal tapi cukup tinggi karna sebelumnya selama hamil selalu stabil. Bidan May lanjut memeriksa posisi janin. "Sudah masuk panggul nih kepalanya," kata Bidan May sambil mewanti-wanti Saya agar menjaga pola makan dan istirahat cukup agar tekanan darah tetap normal.Selama menjalani masa kehamilan, Saya dipantau oleh Bidan Desa. Saya pun rutin mengikuti kelas hamil di Poskesdes setempat dengan tema beragam dan menarik.

Sesampainya di Pekanbaru, Saya mengatur jadwal untuk kontrol menjelang persalinan. Atas rekomendasi seorang teman, saya pergi ke klinik Jasmine Fertility Center menemui dr. Ihsan Suheimi, Sp.OG. Beliau seorang Klinisi klinik bayi tabung di Pekanbaru yang bekerja sama dengan Morula IVF Jakarta. Teman teman yang sedang ikhtiar melalui itu, bisa langsung datang ke klinik Jasmine Fertility Center, di Jl. Arifin Ahmad, Pekanbaru. Dokter yang berdarah Minang ini juga praktek di RS Pekanbaru Medical Center (PMC). Dan seperti yang Saya tahu sebelumnya, Dokter Ihsan baik, ramah dan juga informatif. Beliau lebih menjelaskan tentang persiapan persalinan karna usia kandungan sudah 38w.

Belum puas darisitu, keesokannya kami mengunjungi Dr. dr. Zulmaeta, Sp.OG, KFM di RSIA Andini. Berdarah Minang, Beliau adalah dokter pertama yang kami kunjungi saat kontrol kehamilan pertama dulu, ya balik lagi kesini karna kami berencana melahirkan di RSIA Andini. Resikonya kalau kontrol sama dokter Zul itu ya, mengantri sampai larut malam meski saya sudah booking di hari sebelumnya. Beliau memang salah satu dokter obgyn senior di Pekanbaru. Saya mendapat antrian jam 11 malam, malam itu tekanan darah saya tinggi, 174/105 mmHg. Dua kali diukur tekanan darah Saya sama tingginya, sehingga dokter bilang Saya pre eklamsia dan tidak disarankan melahirkan normal. Dokter menjelaskan tentang posisi dan kondisi janin yang sudah matang, juga bayi yang sudah siap lahir. Ya, dokter menyarankan untuk Sectio Caesarean atau operasi SC. Sejalan dengan suami Saya yang menginginkan istrinya operasi SC dengan alasan tidak tega melihat Saya sakit. Ada nggak sih yang suaminya gitu juga? Ohya, selama hamil pun Suami juga lah yang selalu mengingatkan saya untuk tidak memposting banyak hal tentang kehamilan termasuk hasil USG di sosmed manapun. My husband said; "Biarlah kebahagiaan hanya kita yang tau, sosmed milik orang banyak jadi saling menghargai teman-teman yang masih berjuang lah." Oke, alasan yang masuk akal dan bisa diterima. Malam itu pun, tanpa pikir panjang sudah diputuskan operasi dilakukan besok pagi, kata Abang, apalagi yang ditunggu, bayi sudah siap lahir dan persalinan normal itu beresiko. Padahal maksudnya, Mamak mau nyiapin mental dulu untuk operasi yakan, tapi apalah daya semuanya sirna demi lebih cepat bertemu our baby..


Nak, terimakasih untuk lahir dan berjuang hingga hari itu datang. Tangismu menjadi satu yang paling kami syukuri dalam hidup. Ya, seperti itu Kami tau doa tak kenal kata terlambat untuk tiba.

10 Juni 2020, 11.02 WIB di RSIA Andini, Pekanbaru. Lahirlah bayi kecil yang sudah kami nantikan kehadirannya. Dibantu oleh dr. Zulmaeta melalui proses persalinan SC. Mashallah prosesnya hanya 45 menit saja sampai bekas sayatan selesai dirapikan. Farrel Evano Altair, 3.460gr/49cm. Terselip untaian doa dalam sebuah nama agar kelak kamu menjadi anak laki-laki pemberani yang menjadi anugerah terindah dan tangguh. MashaAllah Tabarakallah.

1 comment:

  1. Subhanallah,

    Jangan lupa mampir di blogku
    Saudaraku Enda

    www.saddamdewana.blogspot.com
    www.saddamdewananews.blogspot.com

    ReplyDelete

Design by saturday love sunday