Wednesday, April 27, 2016

Menunggu Untuk Dipertemukan

Wednesday, April 27, 2016

Assalamu'alaikum! Saya masih percaya mantra ini “untuk segala sesuatu ada waktunya.” Mengucap mantra yang baik kepada diri sendiri, lama-lama akan berubah menjadi sebuah keyakinan. Saya tidak dibesarkan dengan kemudahan-kemudahan. Saya malah harus berusaha lebih keras di dalam hidup untuk mendapatkan apapun yang saya inginkan. 



Lain urusannya dengan cinta. Terkadang tidak selalu mendapatkan apapun yang diinginkan. Bahkan beberapa kali dihadapkan dengan kehilangan-kehilangan. Kisah cinta kadang tidak semulus yang dibayangkan. Akhir-akhir ini misalnya, secara tidak sengaja, saya sering bertemu dengan perempuan-perempuan yang curhat soal “susahnya” menemukan pasangan yang tepat. Atau ada yang secara tidak langsung curhat tentang pasangan-pasangan yang tidak sesuai dengan kriteria mereka. Tetapi karena sudah terlanjur jadian lama, mereka takut untuk melepaskan. Jatuh cinta memang membingungkan. Ini baru jatuh cinta. Belum lagi jika bertemu dengan perempuan-perempuan yang curhat soal suami-suami mereka. Nah loh, urusan pernikahan, saya hanya sumbang telinga, tidak berani memberikan saran, karena saya belum sampai di sana. 

Jujur, saya sendiri bukan ahli. Saya pun pernah mengalami kehilangan. Patah hati akut. Melakukan banyak hal-hal bodoh pada saat patah hati. Bahkan menangis tak karuan. Dan semua ini hanya karena kehilangan, laki-laki. Satu hal yang saya syukuri, pada periode itu, saya banyak menulis. Jadilah tulisan-tulisan patah hati yang sering kamu temukan di blog. Dan anehnya, tulisan-tulisan itu best-seller, banyak sekali yang membacanya. 

Hingga pada satu titik, saya mengambil keputusan untuk “pause.” Ada masa-masa diam lama yang saya lakukan. Saya lalu menunggu. Lebih tepatnya menunggu untuk dipertemukan. Kondisinya seperti ini, ketika “menunggu” saya banyak melakukan hal-hal menyenangkan yang bikin saya bahagia. Saya mengajar. Saya menulis. Saya bertemu dengan banyak orang dan terlibat dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka tawarkan. Intinya, saya sendiri, penuh, dan bahagia. 

Lalu kembali lagi kepada mantra di awal “untuk segala sesuatu ada waktunya.” (Read more > perempuansore)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti biasa, saya selalu meluangkan waktu untuk blogwalking. Dan kali ini saya menemukan tulisan ajaib diatas. Dari seorang yang saya jatuhi banyak cinta pada setiap tulisannya. Hingga jemari ini tak tahan ingin re-blog! Entah dari dan bagaimana saya merasakan benar-benar setiap kata yang ia rangkai menjadi sebuah tulisan "Menunggu Untuk Dipertemukan".

Bukan hal yang mudah mengutarakan rasa kedalam sebuah tulisan. Tapi saya akui, saya memiliki pengalaman yang sama dengen Kak Theo. Ya, jatuh cinta terasa lebih cepat. Tuhan pasti sudah mempersiapkan ini.

Jika diingat-ingat lagi, saya suka geleng-geleng kepala sendiri. Hampir enam tahun merantau di kota pelajar ini, Yogyakarta kemudian harus terbang sekian puluh ribu kaki, hanya untuk menemukanmu. Padahal kamu dekat, bahkan sangat dekat. Saya kira Tuhan memang senang bercanda.

Jika cinta adalah jatuh-jatuh yang tak direncanakan. Maka pertemuan-pertemuan bukanlah sebuah kesengajaan. Dan pertengkaran-pertengkaran akan membuat bertumbuh, lebih kuat.

Meski masih berada pada tahap awal, sampai saat ini pun kami masih perlu banyak saling mengamati, mengerti dan memahami masing-masing, menjadikan bagian yang retak atau kosong menjadi kembali terisi. Dan kesalahan yang sedikitpun kerap kali menjadi besar dalam prosesnya. Yang kami perlu hanya berdamai dengan ego, kemudian mencari solusinya bersama. Karna kami tau inilah salah satu dari sekian banyak cara Tuhan mempertemukan. Inilah formula dari menunggu dengan kesadaran penuh untuk dipertemukan.

Percayalah, tidak ada menunggu yang sia-sia.

No comments:

Post a Comment

Design by saturday love sunday